Jorgi Luiz Frello Filho atau dikenal juga sebagai Jorginho lahir di Imbituba, Brazil, 20 Desember 1991 (umur 27 tahun) adalah seorang pemain sepak bola berkewarganegaraan Italia yang saat ini bermain untuk klub Chelsea dan bermain pada posisi gelandang. Jorginho memulai karier junior dan senior pertamanya di klub Verona. Jorginho sempat dipinjamkan ke Sambonifacese sebelum bermain dengan Napoli pada tahun 2014. Pada awal musim kemarin (2018-2019) hijrah ke klub kesayangan kita Chelsea FC dengan mahar sekitar 50juta Euro (transfermarkt.com).
Langsung saja tanpa basa-basi mengapa judul artikel ini Jorginho, Poros atau Keropos? Karena bagaikan uang koin dia memiliki dua sisi tergantung sudut pandang mana kita melihat sosok Jorginho. Dalam artikel ini saya mencoba mengajak pembaca untuk membedah satu-persatu, baik sebagai poros maupun sebagai titik keropos Chelsea.
Di awal kedatangannya dia disambut ceria oleh pihak direksi klub. “Kami senang Jorginho memilih bergabung dengan Chelsea. Dia adalah salah satu gelandang paling didambakan di Eropa dan akan menjadi anggota penting dari skuat. Dia telah menunjukkan kualitasnya bekerja di bawah Maurizio Sarri dan kami yakin penandatanganannya akan membantu membawa kesuksesan lebih lanjut ke Stamford Bridge,” kata direktur klub Marina Granovskaia.
Jorginho, saat diperkenalkan sebagai pemain baru Chelsea oleh Marina Granovskaia (Sumber: sepakbola.com)
Senada dengan Marina, pelatih baru Chelsea Maurizio Sarri yang notabene adalah pelatih Jorginho saat masih di Napoli, juga memiliki ekspektasi tinggi. Sebagai regista seperti yang pernah dilakukan Andrea Pirlo saat bermain di AC Milan, Sarri menyanjung anak asuhnya tersebut.
“Jorginho sangat cocok dengan cara saya ingin bermain. Dia adalah pemain yang memiliki banyak sisi bagus. Dia ingin bekerja keras dan dia sangat cepat dalam mengalirkan bola,” kata Sarri kepada Sky Sports.
Benar saja, di awal kedatangannya Chelsea dibuat bermain dengan perpindahan bola dan operan cepat, pendek, serta pengaturan tempo yang pas dan terlihat lebih agresif dari musim-musim sebelumnya. Bahkan “mengusir” posisi gelandang pekerja keras, N’golo Kante, ke sebelah kanan. Chelsea bahkan sempat di puncak klasemen di awal musim karena kegemilangan permainannya.
Sarri pun merasa berhasil dengan racikannya. “Jorginho pada saat ini adalah pemain yang sangat penting bagi kami dan dia terbiasa memainkan filosofi sepakbola saya (di Napoli). Dia sangat berguna untuk saya, tapi yang terpenting juga untuk rekan satu timnya,” ujar Sarri dikutip dari situs resmi Chelsea.
Jorginho harus berjibaku dengan pemain Bournemouth dalam laga lanjutan EPL yang berakhir dengan kekalahan Chelsea 4-0 (Sumber: givemesport.com)
Namun peran poros Jorginho tersebut seakan berbalik 180 derajat saat melawan Bournemouth di pekan ke-24 English Premier League. Pada laga tersebut Jorginho dieksploitasi habis-habisan dan dimatikan perannya yang selanjutnya menjadi sisi keropos Chelsea. Kualitas permainan Jorginho pun menurun drastis pada pertandingan yang berakhir dengan dibantainya Chelsea 4 gol tanpa balas oleh tim semenjana, Bournemouth.
Sang pelatih pun sampai mengunci pintu pemain satu jam lamanya untuk mencari tahu masalah yang menimpa timnya. Menurut Sarri saat itu yang menjadi kelemahan Chelsea adalah hilangnya motivasi pemain.
Kemenangan 5 gol tanpa balas atas Huddersfield sempat menaikkan asa Chelsea. Namun Huddersfield yang saat itu sebagai juru kunci klasemen sementara EPL terlalu jomplang untuk dapat mematikan Jorginho. Benar saja, pada pertandingan berikutnya Chelsea kembali dibantai oleh juara musim lalu, Manchester City, dengan skor telak 6-0. Kekalahan ini sekaligus membuat posisi Chelsea turun ke peringkat 6 klasemen sementara EPL.
Memang kekalahan ini bukan sepenuhnya kesalahan Jorginho. Namun ketidakmampuannya bermain di standart yang Sarri inginkan dan terlihat defendless serta tidak mampu memberikan peluang gol bagi rekan setimnya membuatnya dihujat habis-habisan. Bahkan sebelumnya, setelah laga melawan Arsenal, pemain legenda seperti Rio Ferdinand sempat memberikan komentar.
“Namun sebagai gelandang jangkar, sudah berapa assist yang dibuatnya? Jorginho memang sudah menorehkan lebih dari 2000 operan, tetapi tidak ada satu pun asis yang lahir. Jorginho juga bukan pemain yang baik dalam bertahan. Dalam duel besar melawan Arsenal seperti ini, dia harus berlari lebih banyak dan lebih kencang dari biasanya. Masalahnya dia tidak bisa berlari. Jadi kesimpulannya adalah Jorginho tidak bisa memberi Anda apapun di sektor pertahanan, juga di semua sisi lapangan,” kecamnya.
Memang terlihat jelas saat melawan Manchester City kemarin, beberapa kali Jorginho melakukan intersep dan sering kali “berlari kecil”, melepaskan lawannya yang bermain digdaya dengan umpan-umpan pendek ala Pep Guardiola yang sempat sukses di Barcelona.
Meski demikian pernyataan Rio Ferdinand tersebut mendapat sanggahan dari rekan setimnya David Luiz. “Ini adalah musim pertamanya di Inggris (dan tidak pernah mudah bagi siapa pun) tetapi Jorginho sudah melakukan pekerjaan yang luar biasa. Saya tidak berpikir adil untuk berbicara tentang jumlah asis yang telah Jorginho buat, tanpa membandingkannya dengan pemain yang bermain di posisi yang sama. Itu semua tergantung pada filosofi dan cara Anda bermain. Saya pikir cara Jorginho bermain memberikan energi bagi kami, memindahkan bola, dan membuat tim terus bergerak,” pungkasnya.
Jadi konklusi dari pembahasan ini ialah Jorginho punya sisi positif melalui perannya sebagai poros permainan yang mampu mengubah Chelsea lebih atraktif dalam menyerang, umpan-umpan cepat, dan membuat pekerjaan lini depan lebih mudah. Namun dia juga bisa menjadi sisi negatif bagi Chelsea. Dia jadi titik keropos saat dia tidak mampu keluar dari tekanan yang membunuh kreativitasnya. Serta kemampuan bertahannya yang tidak sehebat N’golo Kante musim lalu dan membuat lini belakang mudah ditembus.
Sangat disayangkan jika tidak ada perubahan berarti baik dari strategi maupun Jorginho sendiri. Karena bakal ada gol-gol selanjutnya yang akan membuatnya frustasi dan akan mematikan karirnya di Chelsea.